15/12/2016

Pengalaman Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Pengalaman Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Gunung Lawu. Namanya sangat "njawani". Tepat! Letaknya memang di Pulau Jawa. 

Tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gunung ini juga dikenal dengan sejarahnya mengenai Prabu Brawijaya V. 

Banyak jalur pendakian yang akan menghantarkan pendaki ke puncaknya. 

Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang adalah jalur pendakian yang familiar, masih ada lagi jalur lain yakni Jogorogo (dari Ngawi) maupun jalur Tahura

Namun kali ini kita akan coba ulik jalur lain yang diklaim lebih asik dan syahdu yaitu jalur Candi Cetho.

Terletak di Kabupaten Karanganyar. Akses ke tempat ini gampang-gampang susah. 

Gampang jika kita menggunakan kendaran pribadi, susah apabila kita menggunakan kendaraan umum, sebab tak ada kendaraan yang mengantarkan kita ke Candi Cetho. 

Namun pendaki bisa menyewa kendaraan dari terminal Pasar Kemuning. 

Gunung Lawu via Candi Cetho


Sesampainya di Candi Cetho barulah kita memulai aktifitas pendakian dari pos registrasi yang terletak di sebelah kiri Candi Cetho. 

Biaya registrasi per manusia sebesar 15 ribu rupiah.

Di sini petugas akan menjelaskan beberapa info terkait medan yang akan di lalui, diharapkan pendaki juga membaca dan menaati aturan yang sudah ditetapkan oleh petugas maupun masyarakat sekitar

Singkat saja. Pendakian dari jalur Cetho sangat menarik. 

Jalur pendakian terbilang lebih sepi dari pada jalur fenomenal Sewu dan Kandang. 

Yang paling menyenangkan adalah di jalur ini kita akan menemukan beberapa sumber air. 

Terdapat 5 pos pendakian dan berbagai spot menarik di sepanjang perjalanan.

1. Basecamp (registrasi) - Pos 1 (Mbah Branti)

Gunung Lawu via Candi Cetho

Waktu tempuh tidaklah lama, sekitar 1 jam. 
Masih berada dalam kompleks Candi Cetho, awal perjalanan pendaki akan disambut aliran sungai kecil dan kita harus menyeberanginya. 

Setelah itu kita akan melewati kompleks Candi Kethek. 
Bentuk candi ini sangat unik, mirip piramid. 

Entah sejarah dan mitos apa yang menyelimuti candi ini, yang jelas sangat unik.

Tak jauh dari Candi Kethek kita akan menemukan bak penampungan air. 
Sumber air pertama yang bisa dimanfaatkan pendaki. 

Setelah naik sekitar setengah jam sampailah kita di pos 1.
Terdapat 2 shelter di pos ini, yakni shelter baru dan shelter lama yang letaknya atas-bawah.


Gunung Lawu via Candi Cetho


2. Pos 1 (Mbah Branti) – Pos 2 (Brak Seng)

Waktu tempuh menuju pos 2 sekitar 1 jam. 

Vegetasi mulai melebat, hutan basah dan trek mulai menanjak seru. 

Jika hujan akan sangat licin. Hati-hati, karena lembab maka tak jarang kita akan menemukan banyak molusca dan lintah yang tak segan menempel sana-sini.

Pos 2 ini suasananya wingit, agak gimana gitu. 

Lagi-lagi ada 2 shelter yang letaknya berdekatan namun kondisi shelter sedikit kotor, tak jauh dari shelter terdapat pohon besar yang menjulang tinggi. 

Sepertinya pohon tersebut dikeramatkan.


3. Pos 2 (Brak Seng) – Pos 3 (Cemoro Dowo) 

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Waktu tempuh menuju pos 3 sekitar 1,5 jam. 
Sama seperti medan sebelumnya, trek didominasi tanjakan licin yang menyerupai jalan aliran air. Vegetasi juga masih lebat dengan dominasi pepohonan Lamtoro. 

Selama perjalanan menuju pos 3 kita akan mendengar suara aliran air di sebelah kanan jalur yang merupakan lembah. 

Saya sendiri tidak bisa memastikan apakah benar terdapat aliran sungai di bawah sana. 
Yang pasti sesampainya  di pos 3, kita akan menemukan sumber air kedua. 

Letaknya di belakang tidak jauh dari  shelter. 

Terdapat pipa yang lubang sehingga pendaki dapat mengambil air dalam pipa dengan sedikit atraksi. Hahaha hati hati guys, jika tidak terampil jaminannya kalian akan basahan kuyup. 

Shelter 3 letaknya cukup nyaman, area cukup luas dengan bangunan shelter yang kondisinya baik. 

Setelah puas main air kita bisa beristirahat maupun memasak. 

Waktu itu saya sendiri menyempatkan untuk bermalam di sini karena hari sudah petang dan cuaca mulai gak lucu.


4. Pos 3 (Cemoro Kembar) – Pos 4 (Penggik) 

Ke-esokan harinya, perjalanan di mulai kembali dengan target Hargo Dalem. 

Waktu tempuh menuju pos 4 sekitar 1 jam. 

Medan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, tanjakan masih mendominasi dengan sedikit sentuhan melipir. 

Namun di sini vegetasi mulai berubah, dari pepohonan khas hutan hujan menjadi vegetasi cemara gunung. 

Di perjalan kita juga mulai menemukan banyak tumbuhan berry hutan yang bisa dimakan. 

Atmosfer semakin sejuk dan dingin. Nafas juga mulai mudah habis. 
Sesampainya di pos 4 kita sempatkan untuk istirahat dan menyeduh minuman hangat. 

Kondisi bangunan shelter tidak jauh berbeda dengan pos 3. 


5. Pos 4 (Penggik) – Pos 5 (Bulak Peperangan)

Waktu tempuh menuju pos 5 sekitar 1.5 jam. 

Medan lebih menanjak karena jalur yang di lalui mulai keluar dari hutan. 

Trek menuju pos 5 sangat mengasikkan karena kita melewati punggungan bukit yang seakan-akan mengantarkan kita keluar dari gelapnya hutan, sebab vegetasi mulai tidak serapat di bawah. 
Tanahnya pun mulai berumput dengan selingan pohon pinus dan cemara gunung. 

Setelah mendaki bukit kita akan disuguhi pemandangan indah, sabana pertama. 

Cukup luas dengan trek sedikit landai. Tak berselang lama sampailah kita di pos 5. Tidak ada bangunan shelter di pos ini. 

Di sini pula merupakan titik percabangan dengan jalur Jogorogo Ngawi. 

Saran saya sempatkan waktu untuk berfoto ria atau sekedar melamun di sini, karena banyak spot yang asik mulai dari batu, pohon dan berbagai macam bentuk penampang alam lainnya. 


Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho


6. Pos 5 (Bulak Peperangan) - Gupakan Menjangan

Lama waktu menuju Gupakan Menjangan normalnya bisa ditempuh sekitar 1 jam. 
Setelah puas berfoto maka lanjutlah perjalanan saya. 

Tak jauh dari pos 5 kita akan melewati pohon besar tumbang dan menyusuri lembah yang di apit 2 bukit. Lembah ini di sebut Bulak Peperangan. 

Mendengar sebutan itu saya membayangkan ketika gelap tiba di kesunyian akan terdengar riuhnya suara konvoi kendaraan perang taktis, Tank Leopard, mobil lapis baja dan beserta pasukan khusus menenteng senjata AK47 camuflage.
Mesin Hercules menderu-deru mengirim bala bantuan tentara melalui udara dengan pengawalan Helikopter Apache. 

Sungguh keren jika mendengarnya.

Setelah menyusuri Bulak Peperangan kita akan melewati tanjakan yang disebut sebut mirip tanjakan cintanya Ranu Kumbolo.

Memang benar, hampir mirip. Setelah menaiki bukit ternyata kita disuguhi lagi pemandangan savana dengan beberapa pohon pinus di kanan kiri. 

Tak berselang lama tiba tiba hujan deras dan kabut pekat.

Pendakian Gunung Lawu Via Cetho

Jarak pandang menjadi sangat minim, ditengah perjalanan melewati savana dan waktu menjelang petang, kondisi semacam ini sangat beresiko.

Maka demi keselamatan khalayak dan kenyamanan bersama diputuskan untuk bermalam di area tersebut. 

Mencari lokasi sedikit mlipir ke kanan yang masih banyak tumbuh pepohonan, mengantisipasi jika cuaca semakin memburuk di malam hari. 

Sore itu hujan sangat awet. Hingga menjelang fajar hujan masih turun, meski dengan intensitas sedikit reda namun kabut masih juga pekat. 

Kita beranjak dari tenda dan mempersiapkan perjalanan kembali.

Karena lokasi camp dipredikai  tidak jauh dari puncak maka kita memustuskan untuk meninggalkan barang-barang dan memulai summit dengan membawa ransel kecil berbekal logistik dan peralatan secukupnya. 

Sangat disarankan untuk menutup tenda dan merapikan peralatan di dalam tenda untuk antisipasi agar tidak diobrak-abrik celeng lapar. 

Sedikit menanjak tak jauh dari lokasi camp, kita akan menuruni lembah yang ternyata sabana sangat luas. 

Terdapat banyak kubangan air di sana-sini dengan kedalaman bervariasi.

Lokasi ini disebut Gupakan Menjangan. 

Pendakian Gunung Lawu via Cetho


Beruntung saya sempat melihat se-ekor Menjangan (bahasa jawa Kijang) melewati punggungan bukit, meski tak berlangsung lama sehingga tidak sempat diabadikan kamera, namun sungguh itu pengalaman ter-awesome bisa melihat Kijang di habitatnya. 

Dari Gupakan Menjangan ini pula kita bisa mengisi perbekalan air karena genangan-genangan air disini sangat jernih. 

Saya jamin lebih jernih dari air Ranu Kumbolo. 

Dari sini pula kita bisa melihat puncak bukit di kanan jalur, terdapat tower menjulang tinggi semacam puncak menara di Merbabu. 

Teman saya mengklaim bahwa itu adalah salah satu puncak di Lawu selain Hargo Dumilah. Benar atau tidak saya juga belum tahu. 

Melanjutkan perjalanan, dari gupakan menjangan jalur sedikit melipir ke kiri, melewati punggungan bukit bukit.

Vegetasi sabana beralih menjadi tanaman Cantigi berwarna-warni dan menjulang tinggi. Cantik sekali. 

Jika cuaca cerah kita juga bisa melihat deretan pegunungan di Jawa Timur, Semeru saja terlihat meski mungil. 

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Tak lama berselang sampailah kita di Pasar Dieng. 

Lokasinya cukup luas, ciri khasnya adalah banyaknya batu berserakan.

Total waktu perjalanan dari Gupakan Menjangan menuju Pasar Dieng sekitar 50 menit.

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho


7. Pasar Dieng - Hargo Dalem 

Waktu tempuh menuju Hargo Dalem sangat singkat, karena jarak dari Pasar Dieng menuju Hargo Dalem memang dekat. 

Tak lama berjalan sampailah kita di lokasi camp Hargo Dalem dan warung legendaris Mbok Yem. 

Tempat ini merupakan titik persimpangan pendaki dari jalur Cemoro Sewu, Cemoro Kandang dan juga Candi Cetho. 

Kita sempatkan untuk beristirahat sembari sarapan pecel ala lawu. Nikmat dan murah. 

Cukup lama kita berleha-leha, Waktu  menunjukkan pukul 8, kita bergegas melanjutkan perjalanan ke puncak.


8. Hargo Dalem - Hargo Dumilah (Puncak Lawu)

Trek menuju puncak cukup terjal. Berjalan melewati Edelwais rimbun diselingi pohon Cantigi warna-warni. Rancak sekali. 

Waktu tempuh sekitar 20 menit. Sampailah kita di puncak Lawu ditandai tugu yang menjulang dengan ujung bendera berkibar. 

Awal sampai saya dan rombongan sempat ramai berterik-teriak, namun sesampainya di puncak suasana mendadak hening. 

Terdapat segerombol lelaku yang sedang melakukan ritual. 

Pendakian Gunung Lawu Via Cetho

Agar tidak mengganggu maka saya berjalan menuju ujung puncak. Tidak jauh letaknya dari tugu, sedikit turun dan melipir ke kiri. 

Sampailah kita di ujung bukit, semacam bukit kapur karena dominasi tanah kuning dan bebatuan khas gunung berapi. 

Dari sini pula tercium menyengat bau belerang dari kawah di seberang bukit. Cuaca cukup bersahabat. Sesekali awan biru muncul dan terlihat sayup kota jauh di bawah. 

Dari situ pula kita bisa melihat telaga kuning yang hampir penuh terisi air. 

Mungkin saat kering banyak pendaki turun ke sana dan menyusun bebatuan membentuk huruf-huruf, mirip seperti bekas kawah di merbabu. 

Tak lama berselang awan mulai gelap pentanda akan hujan, kita bergegas kembaki ke tugu. Beristirahat sebentar sembari foto.   

Pendakian Gunung Lawu Via Cetho


9. Perjalanan Turun

Perjalanan turun sedikit bergegas karena takut hujan, namun sesampainya di sabana tiba-tiba cuaca kembali cerah. 

Melihat kondisi baik dan pemandangan sangat indah ya tak ada alasan buat tidak berfoto-foto. 
Seperti yang saya sebutkan tadi, banyak sekali spot menarik di sepanjang jalur. 

Setelah puas kita lanjutkan kembali perjalanan hingga sampai camp, sambil diselingi dengan berfoto sepanjang perjalanan. Total perjalanan turun sekitar 2 jam.

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho


Pukul 11 siang, sesampainya di camp kita langsung berkemas, dan turun. 

Selama perjalanan turun kita kerap diguyur hujan dan petir. Sesekali kita berteduh di shelter-shelter. Karena terhambat cuaca buruk dan medan yang cukup licin membahayakan sehingga perjalanan turun cukup menyita waktu. 

Pukul 5 sore kita baru sampai di Basecamp. Melapor kedatangan dan beristirahat sambil mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan pulang.

Over all, Lawu sangat mengesankan, jalur Cetho direkomendasikan apabila kalian ingin menikmati perjalanan santai dengan pemandangan epic dan pasti suasana pendakian yang lebih tenang. 

Secara keseluruhan, perjalanan naik dapat ditempuh selama 9 hingga 11 jam tergantung ke-selow-an masing-masing pendaki. 

Berhati-hati apabila cuaca sedang tidak lucu, jangan lupa siapkan fisik, mental, peralatan dan kameramu sebaik mungkin. Selamat mencoba!


Catatan Kaki : 
Tulisan dan Foto oleh Marietha Bella
Terima kasih sudah membagi pengalamannya
Pengalaman Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho
4/ 5
Oleh

2 comments

  1. Nice! (Y)

    Gupakan Menjangan lagi banyak air ya, dulu waktu ke sana kering.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mungkin kebetulan pas hujan terus kemarin. jadi lumayan banyak airnya

      Delete


EmoticonEmoticon